1.
Profil Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal
26 Juli 1922. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Soleha. Kedua
orang tuanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Chairil dibesarkan
di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) oleh ibunya pada tahun
1940.
Chairil bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Kemudian beliau melanjutkan ke
MULO, tetapi tidak sampai tamat. Walaupun Latar belakang pendidikannya teratas,
Chairil menguasai bahas asing, yaitu Bahasa Ingris, Belanda, dan Jerman.
Chairil mengenal dunia sastra di usia 19 tahun. Namun,
namanya mulai dikenal ketika tulisannya dimuat di Majalah Nisan pada tahun
1942. Beliau menjadi seorang penyair atau satrawan. Beliau juga pernah menjadi
seorang penyair radio Jepang di Jakarta saat masa pendudukan Jepang. Chairil
kemudian wafat pada tanggal 28 April 1949 saat beliau berumur 26 Tahun.
2.
Hasil karya Chairil Anwar
Hasil karya Chairil Anwar berupa 75 puisi, 7 prosa,
dan 3 koleksi puisi. Beliau juga menerjemahkan 10 puisi dan 4 prosa. Kebanyakan
puisi-puisi asli Chairil dimasukkan dalam versi koleksinya, yaitu Deru Campur Debu, Kerikil-kerikil Tajam Dan Yang Terampas Dan Yang Putus (keduanya
1949), dan Tiga Menguak Takdir
(1950).
B. Puisi
1.
Definisi puisi
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias (imajinatif).
2.
Unsur-unsur pembentuk puisi
a.
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata-kata yang dilakukan
oleh penyair dalam puisinya.
b.
Imaji
Imaji yaitu susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi.
c.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
d.
Rima
Rima merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di
awal, tengah, dan akhir baris puisi.
e.
Irama
Irama adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek,
dan keras lembut ucapan bunyi.
f.
Makna
Sebuah puisi harus bermakna dan mempunyai maksud atau
tujuan. Baik makna tiap kata, baris, bait, maupunmakna keseluruhan.
g. Rasa (feeling)
Rasa atau
feeling yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya.
h. Nada
(tone)
Nada atau tone
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa.
i.
Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair
kepada pembaca.
3.
Jenis-jenis puisi
Jenis-jenis puisi secara umum ada 2 yaitu puisi lama
dan puisi baru.
a.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan seperti jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam 1 bait,
persajakan (rima), banyak suku kata tiap baris dan irama.
Jenis puisi lama contohnya :
1.
Mantra, yaitu ucapan-ucapan yang dianggap
memiliki kekuatan gaib.
2.
Pantun, yaitu puisi yang bercirikan bersajak
a-b-a-b.
3.
Karmina, yaitu pantun kilat atau pantun tapi
pendek
4.
Talibun, yaitu pantun genap yang tiap bait
terdii dari 6, 8, ataupun 10 baris.
b.
Puisi
Baru
Puisi baru
adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan. Bentuknya lebih bebas dari pada
puisi lama baik dalam segi jumlah baris,
suku kata, maupun rima.
Jenis puisi baru contohnya :
1.
Balada, yaitu puisi yang berisi kisah atau
cerita
2.
Himne, adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah
air, atau pahlawan
3.
Epigram, yaitu puisi yang berisi tuntunan atau
ajaran hidup
4.
Romansa, yaitu puisi yang berisi luapan perasaan
cinta kasih
5.
Satire, adalah puisi yang berisi sindiran.
4.
Memaknai puisi “Aku”
Pengarang puisi berjudul “Aku” menyampaikan bahwa jika
telah sampai pada waktunya (meningal dunia), beliau tidak mau orang-orang di
sekitarnya menangisi, menyesali kepergiannya. Siapapun itu. Bahkan pengarang
juga juga tidak ingin seseorang yang dicintai dan mencintainya, menangisi
kepergia pengarang untuk selama-lamanya. Pengarang menyadari bahwa kematian
telah disuratkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, pengarang tak ingi
seorangpun menangisi kepergiannya. Mengikhlaskan kepergian seseorang akan lebih
baik karena arwahnya akan lebih tenang.
Mereka tidak boleh sedih berlebihan, karena pengarang
mengatakan bahwa beliau seperti hewan jalang. Artinya, pengarang ingin hidupnya
bebas, tak ada yang menghalanginya. Walaupun pengarang tidak dipedulikan oleh orang
lain, beliau tetap memilih hidup bebas.
Pengarang mengatakan, walupun ejekan dan cemooh orang
banyak dihadapinya, menjadi penghalang di kehidupannya, beliau tidak peduli dan
tetap ingin hidup dengan kebebasannya.
Ejekan dan cercaan orang lain dapat dibawa lari atau
diibawa pergi oleh pengarang. Artinya, beliau akan membuang ejekan dan cercaan
orang lain itu hingga benar-benar hilang dari dirinya. Pengarang juga
mengatakan bahwa beliau akan lebih tidak memperdulikan semuanya. Karena di
akhirat sana beliau akan hidup selama-lamanya.
Ya, terima kasih postingannya
BalasHapus