Jumat, 13 Maret 2015

Getuk Goreng Sokaraja Banyumas (Teks Prosedur Kompleks)



Getuk Goreng Sokaraja Banyumas


Bagi Anda yang suka traveling, Anda pasti mengenal Banyumas. Banyumas adalah sebuah kota di Jawa Tengah, berada di lereng Gunung Slamet. Jika Anda mampir di Banyumas, Anda tentu akan menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner di daerah ini. Apa itu? Makanan khas itu adalah getuk goreng. Rasanya manis, gurih, dan membangkitkan selera.
Anda tahu cara membuat getuk goreng? Anda tidak perlu khawatir karena Yu Munarifah akan berbagi rahasia tentang cara pembuatan getuk goreng asli Sokaraja, Banyumas.
Siapkan bahan-bahan getuk goreng terlebih dahulu. Seperti singkong 1 kg, gula merah atau gula jawa, tepung beras 75 gr, tepung terigu 1 sdm, minyak goreng untuk menggoreng, dan garam secukupnya.
Selanjutnya langkah-langkah membuat getuk goreng Anda lakukan dan Anda ikuti dengan urut supaya hasilnya baik. Lalu, bagaimana langkah-langkah yang urut? Berikut ini langkah-langkahnya.
          Pertama, kupaslah singkong. Mengupas singkong menggunakan pisau yang tajam akan lebih mudah. Kemudian buang sabutnya. Setelah semua singkong dipastikan bersih, Anda dapat memotongnya menjadi bagian yang lebih kecil dan rebuslah singkong hingga matang.
          Kedua, iris gula jawa dengan halus. Setelah diiris, tambahkan sedikit air kemudian rebuslah sampai gula melumat dan tercampur dengan air.
          Ketiga, lumatkan singkong dan tambahkan gula sedikit demi sedikit. Memasukkan gula jangan langsung banyak karena gula akan sulit merata. Aduklah sampai tercampur rata untuk membuat getuknya.
          Keempat, campurkan tepung terigu, tepung beras sambil diaduk-aduk. Selanjutnya tambahkan garam secukupnya serta air secukupnya sampai menjadi adonan yang cukup kental.
          Kelima, letakkan getuk singkong di atas nampan kemudian ratakan getuk singkong dengan ketebalan kurang lebih 2 cm. Selanjutnya, potonglah dengan bentuk kotak berukuran 5.4 cm. Setelah itu, celupkan potongan getuk singkong ke dalam adonan tepung tadi.
          Keenam, panaskan minyak goreng di atas penggorengan. Setelah minyak panas, gorenglah getuk singkong yang telah dilumuri adonan.
          Ketujuh, tunggulah getuk singkong sampai warnanya kekuningan. Menggoreng getuk jangan sampai gosong. Jika gosong, rasa dari getuk  goreng akan kurang nikmat. Kemudian tiriskan.
          Kedelapan, setelah minyak goreng tidak da yang tertinggal di getuk, letakkan getuk di wadah yang cantik. Getuk goreng siap dinikmati.

Kamis, 12 Maret 2015

Cerpen berisikan teks prosedur kompleks


         
Titik Balik Si Tejo
Ke mana pun melangkah hampir pasti ia membuat masalah. 99 % orang yang melihatnya mengelus dada dan ingin menamparnya. Selalu ada saja ulahnya yang bikin enek. Dan, kejadian bakda zuhur itu mungkin terjadi klimaksnya. Seluruh warga Banyuurip geger. Lelaki itu adalah Tejo. Tejo merupakan anak tunggal dari suami istri Pak Harun dan Bu Marni. Pada wak
tu itu, bakda zuhur, Tejo hendak pergi ke warung pojok desa. Ia ingin membeli rokok. Setelah sampai di warung, terlihat bocah sedang membeli roti dan beberapa permen. Kemudian bocah itu pulang dengan membeli jajanan yang dibelinya. Tejo meminta kepada penjual untuk mengambilkan 1 bungkus rokok, dan ia pun membayarnya. Ia kembali berjalan menuju ke rumahnya. Sesampainya di tengah jalan,  ia melihat bocah yang di warung tadi mengendarai sepeda dari arah depan. Saat berpapasan dengan Tejo, tidak sengaja roda depan bocah itu menelindas kerikil dan akhirnya sepeda itu terguling bersama si bocah menubruk Tejo. Bocah itu adalah anak desa sebelah yang bernama Deni. Tejo bangun dari jatuhnya karena tertubruk sepeda, sedangkan Deni menangis ketakutan. Kemudian Tejo menanyai Deni dengan muka merah.
“Hei bocah, kalau main sepeda lihat jalanan dong !”
“Huu..hu.. “ tangis Deni yang tidak menjawab pertanyaan Tejo.
Kemudian tejo menyeret tangan Deni dengan kasar dan membawanya ke pinggir jalan.
“Siapa bapakmu ! punya anak nggak dipeduliin.” Bentak Tejo.
Deni kembali menangis. Malahan tangisnya semakin keras karena ia ketakutan.
Tidak sengaja, orang-orang yang melihat kejadian itu ada yang mengetahui Deni. Deni diantarkan oleh seseorang, sedangkan Tejo mengikutinya dan ingin menemui bapaknya Deni. Sampai di rumah Deni, Tejo tanpa ragu masuk ke dalam rumah dan langsung menghantam Pak Edi, bapak dari Deni. Sambil berseru,
“Ooo,, ternyata kamu bapaknya bocah ini.”
“Eh , ada apa ini kok tiba-tiba marah-marah gini.”
“Ahh.. banyak ngomong !”
Tejo terus menghajar Pak Edi, hingga tetangga mendengar teriakan-teriakan amarah mereka. Kemudian, orang-orang menuju rumah Pak Edi dan memisah perkelahian di antara Pak Edi dan Tejo. Setelah keadaan ditenangkan oleh Pak RT, Pak Edi bertanya kepada Tejo.
“Mas, sebenarnya ada kesalahan apa dengan anak saya,” tanya Pak Edi dengan tenang.
Salah seorang yang ada di rumah Pak Edi itu melihat kejadian awal yang dialami Deni dengan Tejo. Kemudian, ia menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi. Keadaan masih panas karena mereka heran dengan Tejo yang tingkah lakunya seperti anak kecil. Emosinya mudah memuncak.
Akhirnya, Pak RT membawa Tejo kerumahnya. Sampai di rumah Tejo, Pak RT menceritakan kejadian yang dialami Tejo kepada orang tuanya. Orang tua Tejo juga tidak mengerti apa yang terjadi pada anaknya, Tejo.
“Mari Pak Harun, saya mau pamit dulu,” kata pak RT.
“Terimakasih Pak RT, sudah menghantarkan anak saya. “
“Sama-sama Pak Harun, assalamualaikum.”
“waalaikumsalam,” jawap Pak Harun dan Bu Marni.
Keesokan harinya, Pak Harun dan Bu Marni membawa Tejo kerumah sakit jiwa untuk memeriksakan kejiwaan Tejo. Ternyata, dokter menemukan kejanggalan yang ada pada kesehatan jiwanya. Akhirnya dokter memberikan beberapa saran kepada orang tua Tejo antara lain, lebih memperhatikan dan memberi kasih sayang yang lebih. Hal ini bertujuan agar Tejo mersa nyaman dan senang tinggal di rumah. Kemudian, dokter juga menyarankan untuk memberi asupan rohani  berupa kegiatan maengaji, shalat berjamaah dan lain-lain untuk memberikan ketenangan jiwa dan pikirannya. Saran terakhir yang diberikan dokter yaitu Tejo harus berbaur kepada masyarakat yang baik, mengikuti kegiatan gotong royong, dan lain-lain agar mendapatkan rasa sosialisasi.
Setelah beberapa Minggu Tejo rutin melaksanakan saran dokter, akhirnya ia menjadi seseorang yang menjadi sanjungan orang-orang.